Aku susuri jalan ini
Di sini, kudengar kulihat kurasakan gegap gempita dari depan sana
Gapura raksasa berukir “KM 80” tampak di pelupuk mata ini
Ingin ku segera masuk ke dalamnya, merasakan kemeriahan itu
Berbatu
Aku di persimpangan jalan
Orang kata benarlah jalan ini, tuju pada keindahan
Keindahan yang sungguh tidak aku impikan, hanyalah sebuah obligat semata
Tak lah ada mudahnya masuki jalan ini
Tekadku bulat, peras keringat
Berat……..
Aku tiba di sini
Di jalan ini, di titik awal
Aku masuki persimpangan itu, awal dari segalanya
KM 75 : titik awal
Aku buta, aku bisu, aku tuli, aku hanyalah patung
Segalanya aku tak paham, hanya bisa diam di persimpangan
Aku tak bisa menatap masa depan
Membelenggu langkah
Terdiam
dan
Mati suri
Cahaya indah di depan sana
Amat kuat
Luar biasa
Perkasa, angkatku dari kematian semu
Kupastikan
Kumantapkan
Tekadku
Raih cahaya indah nun jauh di sana
Mereka pun tuju ke cahaya itu
Aku bersama mereka
Ke sana
Ke keindahan bagai firdaus
Bagai arakan tentara di medan perang
Mantapkan langkah
Menuju KM 78
Kami terluka
Hilang
Tewas
Lenyap
Tercerai berai
Korban kerasnya jalan ini
KM 78 : persimpangan kedua
Yang tersisa tiba di persimpangan
Tegar, hadapi tantangan, kuberanikan pijak kaki di KM 78
Kami beranikan pijak di KM 78
Tak dinyana, tak kukira, tak kusangka
KM 78
Aku alami
KM 78 tak kukira
Usahaku seret kakiku, tumpah darah, mereka telah tewas, Nak
Aku akan tewas di jalan ini
Maut menghampiri
Kau lawan
Ajal menghampiri di depan mata, Nak
Hanya jika kau lengah
Hanya jika kau tertidur sesaat, Hanya jika kau…….
Lari dari dirimu
KM 79 : Setitik air segar
Sangat beratlah jalan ini
Oleh rasa iri, tak tahu diri
Mereka hanya meninggalkan dirinya sesaat
Mereka tewas
Arwah mereka…. Telah hilang….. Dari jalan ini…..
Mereka tetaplah pejuang jalan ini
Kan kuingat kau kawan
……….
Aku susuri jalan ini
Di sini, kudengar kulihat kurasakan gegap gempita dari depan sana
Gapura raksasa berukir “KM 80” sudah tampak di pelupuk mata ini
Ingin ku segera masuk ke dalamnya, merasakan kemeriahan itu
[Amat] berbatu
[bukan hanya berbatu bodoh !!]
[Mereka telah tewas, tak karena batu]
[Diri mereka menewaskan mereka]
Mereka goyah, nak
Apa sebetulnya jalan ini ?
Inikah jalan hidupku ?
Haruskah kulalui jalan yang teramat kejam ini ?
[Dalam hati ku syukur]
[Tempaan jalan ini…]
[Kekejaman jalan ini…]
[Bawa ku ke sana]
[Ke cahaya itu]
[Aku semakin dekat]
[Kan kuraih]
Jelang KM 80
Sejenak…
Aku menunduk, berlutut, bersujud
Kubisikkan pada jalan ini
Selamat ulang tahun, kolese kanisius
Ad Maiorem Dei Gloriam
Puisi sederhana buat Canisius’ 80th anniversary…
October 14, 2007 at 11:55 am
astagahh,, segitu cintanyaa.. dasar ank menteng..
ahuahuahuahua…
mayan berat tuh pusis tapi baguss.. 🙂
met ultah juga dehh CC..
AMDG..!!
October 14, 2007 at 2:57 pm
gyah, bagus banget puisinya ^_^
AMDG!!
October 16, 2007 at 11:14 pm
great poem..as usual, buah pikiran, hati, dan jiwa kamu memang keren sayang! *halah
muahh.